Perkembangan teknologi dewasa kini telah menciptakan
perubahaan yang revolusioner tidak hanya di ruang lingkup komputer, tetapi juga
di dunia komunikasi. Internet sebagai “ gudang informasi tanpa batas “ saat ini dirancang untuk memudahkan
masyarakat dalam mencari informasi, selain itu internet dipergunakan untuk
mencari informasi dan juga dipergunakan sebagai sarana berkomunikasi baik itu
jarak jauh maupun jarak dekat bahkan dalam beberapa kasus internet dapat
memudahkan manusia untuk kembali berkomunikasi dengan orang yang sudah sangat
lama tidak ditemuinya, selain untuk berkomunikasi, dan mencari informasi
internet juga membuka peluang usaha untuk beberapa orang. Hal ini dilihat dari menjamurnya situs dagang
online yang sangat mudah kita temui.
Namun selain manfaat yang kita dapat dari internet
seperti yang telah tertulis di atas, internet juga dapat memberikan dampak
secara psikologis bagi para penggunanya hal ini juga mendapat perhatian dari
beberapa psikolog diantaranya:
Michelle Weil, seorang Psikolog dan pengarang buku
terkenal, memberikan contoh konkrit tentang seorang gadis yang dijauhi oleh
teman-temannya lalu kemudian menghabiskan waktu untuk mojok berchatting-ria
dengan menampilkan karakter yang sangat kontradiktif dengan karakter aslinya.
Akibatnya, lama kelamaan ia semakin jauh dengan kenyataaan sosial yang ada,
bahkan tidak bisa menerima diri apa adanya. Menurut pakar psikoanalisa terkenal
seperti Erich Fromm, kondisi demikian dinamakan neurosis. Kondisi neurosis yang
berkepanjangan akan mengakibatkan gangguan jiwa yang serius. Michelle lebih
lanjut menambahkan, bahaya latennya adalah terbentuknya kepribadian online yang
berbeda dengan yang asli.
Tentu saja ada pengaruh positif dari penggunaan (bukan
kecanduan) internet terhadap kepribadian seseorang, seperti pendapat dari salah
seseorang sosiolog yaitu Reid Steere, seorang Sosiolog dari Los Angeles
mengatakan, jika seseorang menggunakan internet sebagai media eksplorasi diri
dengan kesadaran penuh, ia akan mengalami pertumbuhan sebagai hasil dari
refleksi dirinya secara utuh melalui internet.
A. Aspek
Psikologis dari individu pengguna internet.
Banyak sekali terjadinya fenemona identitas diri
melalui internet secara identitas nyata maupun identitas virtual yang
memungkinkan individu mengubah sama sekali identitas nyatanya ke sebuah
identitas lain yang sifatnya virtual dan karakteristik seseorang indvidu.
Saat ini banyak sekali jejaring sosial yang bermuculan,
seperti Facebook, Twitter, Path, Instagram dan lain-lain. Banyak orang yang mengunakan identitas palsu atau bisa
disebut anonim untuk mendaftrakan diri / menjadi penguna aktif dari salah satu
jaringan sosial. Antaralain faktor-faktor yang membuat seseorang mengunakan
identitas palsu adalah untuk menutup jejak didunia maya, dan menjaga repotasi
harga diri. Dimana seseorang ingin meluapkan emosinya didunia maya, tanpa
diketahui oleh orang lain siapa dia sebenarnya.
Karakteristik seseorang akan telihat berbeda, ketika
dia berada didunia nyata dengan saat dia berada di jejaring sosial. Saat
didunia nyata mungkin dilihat karakternya sangat pendiam dan tidak mudah
bergaul atau tidak asik untuk diajak berbicara, namun lain halnya saat didunia
maya. Karakter dia menjadi anak yang mudah bergaul dan asik untuk diajak
bebicara.
Dalam jurnal ini paparkan oleh Vivi Sahfitri bahwa :
Berdasarkan hasil pembahasan dan analisa yang telah dilakukan serta sesuai
dengan maksud dan tujuan penelitian, maka diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Berdasarkan
uji korelasi dan regresi diperoleh fakta bahwa secara parsial tidak ada
hubungan atau pengaruh yang signifikan antara Variabel pemanfaatan e-learning
terhadap Prestasi belajar mahasiswa.
Pada Kondisi ini dapat dijelaskan secara sendiri-sendiri atau parsial tidak
terdapat pengaruh pemanfaatan e-learning terhadap prestasi belajar Mahasiswa.
2. Pengaruh
secara parsial dari variabel pemanfaatan e-learning dengan kemampuan pemahaman mahasiswa berdasarkan uji
yang telah dilakukan menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan. Pada Kondisi
ini dapat dijelaskan secara sendiri-sendiri atau parsial terdapat pengaruh
pemanfaatan e-learning terhadap
kemampuan pemahaman mahasiswa.
3. Hasil
pengujian regresi yang dilakukan secara bersama-sama atau uji serentak di
peroleh hasil bahwa Pengaruh secara bersama dari variabel pemanfaatan
e-learning dengan Prestasi belajar mahasiswa dan kemampuan pemahaman
Mahasiswa menunjukkan pengaruh yang signifikan dan positif.
Dalam Jurnal Perilaku Penggunaan Internet pada Kalangan
Remaja di Perkotaan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Astutik Nur Qomariyah, mengenai perilaku penggunaan internet pada kalangan
remaja di perkotaan dengan berdasarkan pertanyaan penelitian yang telah
diajukan, maka peneliti dapat menyimpulkan tiga hasil temuan penelitian. Yaitu
:
Pertama, usia responden saat pertama kali mengenal dan
menggunakan internet ialah 12 tahun. Rata-rata saat itu mereka telah memasuki
kelas VII SMP, dimana tugas-tugas sekolah yang diberikan mulai mengharuskan
mereka mencari sumber atau bahan-bahannya di internet sehingga mereka dituntut
harus bisa menggunakan internet. Sebagian besar remaja perkotaan dalam
penelitian ini mengungkapkan bahwa teman sebaya (peer groups) dijadikan sebagai
sumber belajar pertama kali berinternet bagi mereka, baik untuk bisa melakukan
aktivitas-aktivitas intenet tertentu yang lebih bersifat kesenangan (seperti:
chatting, bermain game online, membuat account di salah satu situs social
networking atau bahkan mengunjungi situs-situs pornografi) maupun membantu
mereka untuk kepentingan akademis yakni mencari bahan atau sumber untuk
menyelesaikan tugas sekolah.
Berdasarkan aspek intensitas penggunaan internet,
sebagian besar remaja perkotaan lebih sering mengakses internet di warnet
meskipun di sekolah mereka terdapat fasilitas internet yang dapat dimanfaatkan
secara free (baik di laboratorium komputer atau perpustakaan sekolah).
Frekuensi internet yang digunakan bagi remaja perkotaan yang sering mengakses
internet di rumah cenderung lebih sering dengan durasi setiap kali mengakses
internet lebih lama dibandingkan dengan remaja perkotaan yang sering mengakses
internet di tempat lainnya, seperti: warnet, sekolah atau wifi area. Dari
jumlah waktu penggunaan internet per bulan menunjukkan bahwa pada umumnya
kalangan remaja di perkotaan yang sering mengakses internet di rumah termasuk
dalam kategori heavy users (pengguna internet yang menghabiskan waktu lebih
dari 40 jam per bulan). Sedangkan remaja di perkotaan yang sering mengakses
internet di warnet dan memanfaatkan wifi area publik sebagai tempat akses
internet mereka dikategorikan sebagai medium users (pengguna internet yang
menghabiskan waktu antara 10 sampai 40 jam per bulan). Sementara itu, bagi
remaja di perkotaan yang sering mengakses internet dengan memanfaatkan layanan
internet yang tersedia di sekolah menunjukkan bahwa pada umumnya mereka
tergolong sebagai light users(pengguna internet yang menghabiskan waktu kurang
dari 10 jam per bulan).
Kalangan remaja di perkotaan menggunakan internet untuk
untuk empat dimensi kepentingan, yaitu informasi(information utility),
aktivitas kesenangan (leisure/fun activities), komunikasi (communication), dan
transaksi(transactions).
B. Aspek demografis
pengguna internet
Aspek demografis adalah aspek yang harus
mempertimbangkan gender, usia, budaya, dan SES (social-economic-status) dalam
interaksi individu dan internet. Dalam hal ini usia juga turut mempengaruhi
perkembangan internet karna internet banyak berkembang di masa ini sehingga
sebagian besar pengguna internet berasal dari kalangan muda. Selain itu dalam
hal gender teknologi internet dapat mempermudah bagi wanita untuk melakukan
hal-hal yang biasanya dilakukan oleh laki-laki, bahkan dengan teknologi
internet ini juga bisa membantu para wanita untuk memasuki dunia politik, dan
bisnis, bahkan menjadi seorang pemimpin dalam sebuah organisasi.
Semakin berkembangnya dunia internet pada era ini
banyak sekali menimbulkan kesan pro dan kontra, tetapi semua itu kembali lagi
pada para pengguna itu sendiri apakah mereka akan menggunakan internet dengan
bijak sehingga dapat membawa hal-hal positif bagi para penggunanya atau
menggunakan internet dengan tidak bijak sehingga hanya dapat menimbulkan hal
yang buruk bagi dirinya sendiri atau orang lain. Semua itu kembali pada pribadi
anda masing-masing.
Daftar Pustaka:
http://komunikasi.us/index.php/mata-kuliah/dmnm/2004-e-customers-analisis-perbedaan-antara-demografi-psikografi-synchografi-dan-technog
(3) Gackenbach, J. (2007). Psychology and the internet:
Intrapersonal, interpersonal, and transpersonal implications. Kanada: Academic
Press. (Demografi, dll)
0 komentar:
Posting Komentar