Sabtu, 02 Desember 2017

Pendidikan Psikologi bagi Pustakawan

Menurut asal katanya, psikologi berasal dari kata Yunani ‘psyche’ yang berarti jiwa dan logos’ yang berarti ilmu. Jadi secara harfiah psikologi berarti ilmu jiwa. Namun pengertian jiwa tidak pernah ada kesepakatan dari sejak dahulu. Di antara pendapat para ahli, jiwa bisa berarti ide, karakter atau fungsi mengingat, persepsi akal atau kesadaran. Psikologi adalah ilmu yang sedang berkembang dan pada hakikatnya psikologi dapat diterapkan pada setiap bidang dan segi kehidupan.

Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan aktivitas kehidupan, ilmu psikologi berkembang dengan cepat. Cabang-cabang psikologi dapat digolongkan berdasarkan kekhususan bidang studinya, baik ilmu dasar (teoritis), maupun yang bersifat terapan (praktis). Dalam penerapanya, psikologi berkembang ke berbagai aspek kehidupan manusia, demikian juga titik singgung dengan ilmu ilmu lain juga semakin banyak, misalnya dengan ilmu manajemen, ilmu ekonomi, ilmu sosial dan ilmu perpustakaan.
Ilmu psikologi sangatlah penting bagi pustakawan. Melalui pengetahuan psikologi ini pustakawan dapat meningkatkan profesionalismenya yang akan berpengaruh terhadap kinerja layanan di perpustakaan dan kepuasan pemustaka.

Psikologi Bagi Pustakawan
Untuk dapat memahami kepribadian tidak mudah karena kepribadian merupakan masalah yang kompleks. Kepribadian itu tidak hanya melekat pada diri seseorang, tetapi lebih merupakan hasil suatu pertumbuhan yang lama dalam suatu lingkungan budaya. Para ahli menyebutkan bahwa kepribadian adalah kesan yang ditimbulkan oleh sifat-sifat lahiriah seseorang, seperti cara berpakaian, sifat jasmaniah, daya pikat dan sebagainya. Disebutkan juga bahwa kepribadian adalah organisasi dinamis dalam individu sebagai makhluk yang bersifat psikofisik yang menentukan penyesuaian dirinya secara unik terhadap lingkungan. Ahli lain mengklasifikasikan seluruh ranah kepribadian dalam enam tipe yang sangat menonjol, yaitu tipe realistik, tipe penyelidik atau investigatif, tipe artistik, tipe sosial, tipe perintis atau enterpristing dan tipe konvensional.

Kepribadian seseorang akan tumbuh dan berkembang sesuai dengan pengalaman pribadi masing-masing. Beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan kepribadian antara lain: perasaan bersalah, benci, cemas, kepercayaan yang diemban, harapan yang dicamkan dan kasih sayang yang diterima dari lingkungan. Dengan kita mencoba mengenal dan kemudian memahami istilah kepribadian, maka kemudian diharapkan akan mempermudah mengenal diri sendiri, baik kekuatan atau kelemahan yang ada. Dengan kita sudah mengenal diri sendiri akan sangat bermanfaat bagi diri pribadi dan lingkungan, terutama memperlancar tugas profesional kita.

Pustakawan khususnya bagian sirkulasi adalah sebuah pekerjaan  yang dituntut untuk menghadapi orang yang beranekaragam, mulai dari keberagaman usia, tingkat pendidikan, tingkat ekonomi dan lain-lain. Untuk dapat melayani kebutukan informasi mereka, penting bagi pustakawan untuk memiliki pengetahuan psikologi. Dengan pengetahuan psikologi ini pustakawan dapat mengenal kepribadian pemustaka yang selanjutnya dapat memprediksi kebutuhan informasi mereka. Dengan demikian pustakawan dapat menentukan tindakan dalam memenuhi kebutuhan informasi mereka, apakah mereka ingin informasi ilmiah, artikel ringan atau mereka sekedar ingin berekreasi melalui koleksi fiksi sehingga pelayanan yang diberikan lebih optimal.

Psikologi dan Layanan Perpustakaan

Perpustakaan menempati posisi strategis dalam kehidupan umat manusia, bahkan dapat dipakai sebagai tolok ukur tinggi rendahnya peradaban suatu bangsa. Salah satu faktor signifikan dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia ditentukan oleh keberadaan dan pemanfaatan perpustakaan.

Dalam mengembangkan perpustakaan, perlu adanya dukungan dari ilmu- ilmu lainya, salah satunya adalah ilmu psikologi. Ilmu psikologi dapat meningkatkan profesionalisme pustawan. Dengan profesionalisme yang tinggi, pustakawan dapat memuaskan kebutuhan informasi pemustaka. Dengan demikian dapat tercipta adanya suatu interaksi aktif antara pemustaka dan pustakawan. Faktor penting lain yang menentukan terjadinya interaksi sosial di perpustakaan adalah persepsi positif pemustaka terhadap layanan perpustakaan dan pustakawanya. Daya tarik antarpribadi juga menjadi faktor yang menentukan terwujudnya interaksi sosial. Yang mempengaruhi daya tarik antarpribadi, di antaranya adalah kesempatan untuk berinteraksi, baik yang berhubungan jarak fisik maupun jarak psikologis. Pendekatan untuk mengetahui daya tarik antar-pribadi, dapat dilakukan melalui pendekatan kognitif dan pendekatan formulasi pada hukum-hukum belajar.

Hal sederhana lainya yang sangat penting bagi pustakawan adalah keramahan. Apabila pustakawan ramah terhadap pemustaka, mereka akan nyaman untuk berkomunikasi dengan para pustakawan. Melalui jalinan komunikasi yang baik inilah dapat tercapai relevansi yang tinggi terhadap informasi yang dibutuhkan pemustaka. Komunikasi dalam lingkup perpustakaan ini tidak hanya  terbatas pada komunikasi “face to face” pustakawan dan pemustaka saja. Komunikasi disini dapat diartikan sebagai suatu proses penyampaian dan penerimaan berita, pesan atau informasi dari seseorang ke orang lain. Komunikasi ini tidak akan terjadi apabila tidak ada komunikator, pesan  yang disampaikan dan komunikan yang menerima pesan tersebut. Namun demikian, komunikasi dalam kenyataannya tidak seperti yang dikatakan itu. Masih terdapat sejumlah kemungkinan penghalang, dan penyaring di dalam proses komunikasi. Pengirim (komunikator) mencoba untuk mengkodekan berita, pesan atau buah pikirannya kedalam suatu bentuk yang dianggapnya paling tepat. Kemudian kode-kode tersebut dikirimkan, dan penerima (komunikan) berusaha memahami kode tersebut. Tetapi di dalam proses perjalanan berita tadi banyak terdapat serangkaian persepsi atau gangguan yang dapat mengurangi kejelasan dan ketepatan pesan atau berita. Halangan paling besar untuk mencapai komunikasi yang efektif adalah jika terjadi aneka macam persepsi atau gangguan. Misalnya, komunikator menyampaikan pesan dengan tidak jelas dan menggunakan saluran transmisi yang salah mungkin si komunikan sedang memikirkan hal lain pada saat ia harus menerima pesan tersebut. Dalam kondisi seperti itu ia hanya mendengar tetapi mungkin tidak tahu tentang isi pesannya.

Referensi

Daftar bacaan:
Basuki, Sulistyo. 2004. Pengantar Dokumentasi: mulai dari pengembangan istilah, pemahaman jenis dokumen diikuti dengan pengolahan dokumen, dan komunikasi sampai dengan jasa pemencaran informasi serta diakhiri dengan etika profesi. Bandung:Rekayasa Sains
http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/04/penilaian-kinerja-karyawan-definisi.html diakses pada 26 Oktober 2010
http://massofa.wordpress.com/2008/02/06/pengantar-psikologi-perpustakaan/ diakses pada 24 Oktober 2010
https://jejeffri.wordpress.com/2011/04/03/pendidikan-psikologi-bagi-pustakawan-untuk-profesionalitas-dan-layanan/
Rimbarawa, Kosan. Supriyanto. 2006. Aksentuasi Pustakawan dan Perpustakaan. Jakarta: Ikatan Pustakawan Indonesia Pengurus Daerah DKI Jakarta

Undang-undang No. 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan. 2007. Semarang: Panji Duta Saran

0 komentar:

Posting Komentar

 
;