Kamis, 06 Agustus 2015 0 komentar

Ide Kreatif Curug Gentong Terhadap Daya Tarik Kota Depok

PENGANTAR KREATIFITAS

PENGANTAR KREATIFITAS DAN KEBERBAKAT

http://sellanossaaa.files.wordpress.com/2012/09/gundar-logo1.png

ALDI 10514735

BAGUS AJITAMA 11514982

FARIEZ JULLY WARDHANA 13514983

IQBAL NUGRAHA 15514406

TAUFIQ BARIZ 1A514682

1PA06

IDE KREATIF CURUG GENTONG TERHADAP DAYA TARIK KOTA DEPOK

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt karena berkat limpahan nikmat dari-Nya sehingga makalah kami yang berjudul “Ide Kreatif Curug Gentong terhadap Daya Tarik Kota Depok” dapat diselesaikan,

Dalam rangka penyelesaian makalah ini, kami mendapat bantuan dari berbagai pihak yang ikhlas meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya dalam memberikan arahan dan bimbingan pada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan makalah ini.

Walaupun dengan usaha maksimal telah kami lakukan, tapi sebagai manusia biasa tentunya tidak luput dari kesalahan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati kami mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini, dan kiranya makalah ini dapat memberikan masukan dan informasi kepada semua pihak yang berkaitan dengan hal ini.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati, kami mohon maaf atas segala kekhilafan dan kesalahan. Kiranya segala bantuan pengorbanan yang telah diberikan oleh semua pihak, mendapat ridho dari Allah Subhanahu Wataala. Aamiin.

DAFTAR ISI

BAB 1: PENDAHULUAN

Latar Belakang ......................................................................4

Rumusan Masalah ................................................................5

Tujuan Penelitian ..................................................................5

Manfaat Penelitian ...............................................................5

BAB 2: LANDASAN TEORI

Landasan Teori ......................................................................6

BAB 3: METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian ..............................................10

Metode Penelitian ................................................................10

Populasi dan Sampel ............................................................10

Instrumen Penelitian ...............................................................10

Teknik Pengumpulan Data .......................................................10

Teknik Analisi Data ..................................................................11

BAB 4: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian ........................................................................13

Pembahasan .............................................................................15

BAB 5: PENUTUP

Kesimpulan ................................................................................17

Lampiran ....................................................................................18

Daftar Pustaka ...........................................................................22

BAB 1: PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Setiap kota memiliki lebih dari satu produk kerajinan khas. Misalnya Kota Depok terkenal salah satunya dengan curug gentong. Namun belum semua produk kerajinan khas dapat diangkat menjadi produk kerajinan unggulan yang mampu menjadi salah satu identitas dan daya tarik suatu kota. Hal itu terjadi umumnya akibat kurangnya informasi yang disediakan bagi calon konsumen, investor, pedagang perantara dan masyarakat pada umumnya.

Suatu produk kerajinan unggulan yang dapat diterima masyarakat luas, memiliki arti penting bagi suatu kota, karena dapat membantu mendorong pertumbuhan ekonomi kota tersebut. Untuk mengangkat dan mengembangkan suatu produk kerajinan agar dapat menjadi produk unggulan yang dapat mewakili identitas kota, diperlukan promosi.

Curug Gentong merupakan sebuah hasil karya seni berupa kerajinan tangan khas kota Depok, dengan bahan dasar yang juga merupakan wadah berupa Gentong Air, dimana di dalam gentong air tersebut di buat suatu hiasan seni berupa miniatur air terjun ( urug) versi mini. Hiasan dan karya seni yang dibuat dalam wadah gentong ini tidak hanya berupa curug mini saja tetapi terdapat juga berbagai macam hiasan lain berupa miniatur taman-taman yang dipercantik dengan menambahkan beberapa aksesoris binatang, tumbuhan dan juga miniatur pondokkan. Sehingga gentong yang semula hanya berfungsi sebagai media penyimpanan air dan beras sekarang telah berubah menjadi hasil karya bernilai seni tinggi yang dapat menjadi sebuah pajangan bermanfaat untuk mempercantik ruangan dan juga dapat bermanfaat untuk menciptakan nuansa relaxasi/kenyamanan.

Curug Gentong merupakan air terjun mini yang terdapat di dalam gentong, tidak hanya di dalam gentong, tetapi juga di atas media pot dan media lainnya dengan berbagai macam model pemandangan. Produk ini menimbulkan suara alam gemercik air, dapat menghadirkan kenyamanan dan kesegaran tersendiri di dalam rumah ataupun ruang kantor. Ukurannya tidak terlalu besar menjadikannya mudah diletakkan dimana saja sesuai dengan selera. Keunikannya, miniatur air terjun ini dapat dijadikan hadiah kerabat, kekasih, sahabat dan mitra kerja.

Saat ini kerajinan Curug Gentong menghasilkan kerajinan gentong dengan berbagai desain dan ukuran, antara lain: guci ukuran besar, gentong ukuran sedang, miniatur air terjun dalam media pot (oval/kotak).

RUMUSAN MASALAH

Mengacu pada latar belakang Masalah yang ada di atas, maka Masalah penelitian ini secara umum dirumuskan sebagai berikut

  • Bagaimana pandangan masyarakat kota Depok terhadap kerajinan curug gentong?
  • Apa hubungan kerajinan curug gentong terhadap daya tarik kota Depok

TUJUAN PENELITIAN

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dipaparkan diatas, maka adapun tujuan dari pembuatan makalah ini, yaitu:

  • Mengetahui sikap masyarakat sebuah kota terhadap kerajinan khas dari kota tersebut
  • Mengetahui kekuatan kreatifitas sebuah produk terhadap popularitas sebuah kota

MANFAAT PENELITIAN

Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

  • Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis, sekurang-kurangnya dapat berguna sebagai sumbangan pemikiran bagi dunia industri kreatif
  • Menambah wawasan pembaca mengenai kerajinan khas curug gentong
  • Dapat menjadi pertimbangan bagi instansi terkait untuk mengangkat dan mengembangkan suatu produk kerajinan agar dapat menjadi produk unggulan yang dapat mewakili identitas kota

BAB 2: LANDASAN TEORI

LANDASAN TEORI

Umumnya kreativitas didefinisikan sebagai Person, Process, Press, Product. Keempat P ini saling berkaitan, yaitu Pribadi (Person) kreatif yang melibatkan diri dalam proses (Process) kreatif, dan dengan dorongan dan dukungan (Press) dari lingkungan, menghasilkan produk (Product) kreatif.

Secara Umum Kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk menghasilkan komposisi, produk, atau gagasan apa saja yang pada dasarnya baru, dan sebelumnya tidak dikenal pembuatnya. yang dapat berupa imajinatif atau sintesis pemikiran yang hasilnya bukan hanya rangkuman. Dapat mencakup pembentukan pola baru dan gabungan informasi yang diperoleh dari pengalaman sebelumnya dan pencangkokan hubungan lama ke situasi baru dan mungkin mencakup pembentukan korelasi baru.

Kreatif dan inovatif adalah karakteristik personal yang terpatri kuat dalam diri seorang wirausaha sejati. Bisnis yang tidak dilandasi upaya kreatif dan inovatif dari sang wirausaha biasanya tidak dapat berkembang abadi. Lingkungan bisnis yang begitu dinamis menuntut wirausaha untuk selalu adaptif dan mencari terobosan terbaru. Karakter cepat berpuas diri dan cenderung stagnan sama saja membawa bisnis ke arah kematian.

Pemahaman kreatif dan inovatif sering kali dipertukarkan satu sama lain. Menurut Zimmerer dkk (2009) kreatifitas adalah kemampuan untuk mengembangkan ide-ide baru dan untuk menemukan cara-cara baru dalam melihat masalah dan peluang. Inovasi adalah kemampuan untuk menerapkan solusi kreatif terhadap masalah dan peluang untuk meningkatkan atau untuk memperkaya kehidupan orang-orang. Selanjutnya Ted Levitt (dalam Zimmerer, 2009) menyatakan bahwa kreatifitas memikirkan hal-hal baru dan inovasi mengerjakan hal-hal baru. Jadi kreatif adalah sifat yang selalu mencari cara-cara baru dan inovatif adalah sifat yang menerapkan solusi kreatif. Kreatif tapi tidak inovatif adalah mubazir karena ide hanya sebatas pemikiran tanpa ada realisasi.

Semua bisnis yang maju dan berkembang hingga kini berpangkal pada upaya kreatif dan inovatif. Banyak restoran waralaba asing yang telah mengglobal dan berdiri sejak puluhan tahun yang lalu selalu menunjukkan karakter ini. Sepertinya begitu mudah dan sederhana. Tetapi banyak wirausaha yang abai ketika bisnis telah dirasakan mencapai tingkat kemapanan. Kreatifitas dan inovasi mungkin dapat dipandang sebagai upaya yang mengganggu keseimbangan yang telah tercipta.

Ekonomi kreatif dan industri kreatif adalah satu kesatuan, di masyarakat modern 2 istilah ini sudah tidak asing lagi. Keberadaan ekonomi kreatif mampu menopang kehidupan masyarakat dengan berlandaskan kemandirian, artinya orang tak lagi bergantung pada terbukanya lapangan kerja. Dengan mereka paham akan konsep ekonomi kreatif maka industri kreatif bisa berkembang seperti di luar negeri. Memang di Indonesia sendiri Industri kreatif masih belum maksimal perkembangannya, hal itu dikarenakan masih banyak masyarakat yang pola pikirnya masih berbasiskan kolonial. Artinya sudah terbiasa untuk bekerja pada orang lain, ketergantungan inilah yang membuat orang tidak mampu menciptakan ide-ide baru untuk memandirikan diri sendiri.

Agar lebih paham apa itu pengertian ekonomi kreatif dan industri kreatif coba kita simak beberapa penuturan para ahli berikut ini.

Alvin Toffler (1980) dalam teorinya melakukan pembagian gelombang peradaban ekonomi kedalam tiga gelombang. Gelombang pertama adalah gelombang ekonomi pertanian. Kedua, gelombang ekonomi industri. Ketiga adalah gelombang ekonomi informasi. Kemudian diprediksikan gelombang keempat yang merupakan gelombang ekonomi kreatif dengan berorientasi pada ide dan gagasan kreatif.

Menurut ahli ekonomi Paul Romer (1993), ide adalah barang ekonomi yang sangat penting, lebih penting dari objek yang ditekankan di kebanyakan model-model ekonomi. Di dunia dengan keterbatasan fisik ini, adanya penemuan ide-ide besar bersamaan dengan penemuan jutaan ide-ide kecil-lah yang membuat ekonomi tetap tumbuh.

Howkins (2001) dalam bukunya “The Creative Economy” menemukan kehadiran gelombang ekonomi kreatif setelah menyadari pertama kali pada tahun 1996 ekspor karya hak cipta Amerika Serikat mempunyai nilai penjualan sebesar US$ 60,18 miliar yang jauh melampaui ekspor sektor lainnya seperti otomotif, pertanian, dan pesawat.

Menurut Howkins ekonomi baru telah muncul seputar industri kreatif yang dikendalikan oleh hukum kekayaan intelektual seperti paten, hak cipta, merek, royalti dan desain. Ekonomi kreatif merupakan pengembangan konsep berdasarkan aset kreatif yang berpotensi meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Pengembangan ekonomi dan industri kreatif sangat gencar dilakukan di berbagai negara akhir-akhir ini. Model bisnis yang mengutamakan kreativitas dan informasi dari Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai faktor produksi ini telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian. Sebagai contoh, persentase kontribusi Gross Domestic Product (GDP) yang disumbangkan oleh industri kreatif di beberapa negara seperti Singapura dan Inggris berkisar antara 2,8% sampai dengan 7,9%. Selain itu, tingkat pertumbuhan industri kreatif di Australia dan Inggris berkisar antara 5,7% dan 16% serta tingkat penyerapan tenaga kerja di Singapura dan US berkisar antar 3,4% sampai dengan 5,9% (Studi Industri Kreatif Indonesia, 2007).

Konsep ekonomi baru ini sebenarnya sudah muncul sekitar tahun 1994 dalam laporan “Creative Nation” yang diluncurkan oleh Australia. Lalu, pada tahun 1997, Inggris melalui Department of Media, Culture and Sport (DCMS) memberikan definisi industri kreatif yaitu “those activities which have their origin in individual creativity, skill and talent, and which have a potential for wealth and job creation through the generation and exploitation of intellectual property.” Dalam hal ini, kreativitas menjadi input sentral terhadap proses produksi dan hak intelektual sebagai output (Studi Industri Kreatif Indonesia, 2007). Adapun industri kreatif yang diajukan oleh DCMS ini mencakup bidang advertising, architecture, the art and antiques market, crafts, design, designer fashion, film, interactive leisure software, music, the performing arts, publishing, software, television and radio.

Menurut DCMS, ada beberapa pendekatan pendefinisian industri kreatif. Pertama, creative industries. Pendekatan ini memiliki karakter bahwa input tenaga kerjanya adalah industri kreatif. Kedua, copyright industries. Pendekatan ini didefinisikan lewat aset dan output industri. Ketiga, content industries. Pendekatan ini didefinisikan pada fokus produksi industri. Keempat, cultural studies. Pendekatan ini didefinisikan pada pembiayaan dan fungsi kebijakan publik. Kelima, digital content. Pendekatan ini didefiniskan lewat kombinasi teknologi dan fokus produksi industri.

Perambahan industri kreatif telah diprediksi oleh futurolog Alvin Toffler (1980) yang dalam bukunya The Third Wave menyebutkan bahwa ada tiga peradaban ekonomi. Pertama, ekonomi pertanian. Kedua, ekonomi industri. Ketiga, ekonomi informasi. Selanjutnya, Toffler memperediksi peradaban ekonomi keempat, yaitu ekonomi kreatif dimana kreativitas menjadi sumber utama. Lebih lanjut, John Howkins dalam bukunya “Creative Economy, How People Make Money from Ideas” mengemukakan bahwa ekonomi kreatif adalah kegiatan ekonomi yang mengutamakan gagasan. Sementara itu, Departemen Perdagangan (2009) mengungkapkan bahwa ekonomi kreatif merupakan era baru yang mengintensifkan informasi dan kreativitas dengan mengandalkan ide dan stock of knowledge dari sumber daya manusianya sebagai faktor produksi utama dalam kegiatan ekonominya.

Beberapa negara telah mengembangkan industri kreatif seperti Inggris, Selandia Baru, Australia, Singapura, Taiwan dan negara-negara lainnya. Pengembangan industri kreatif di Inggris, Selandia Baru dan Taiwan meliputi sektor Periklanan, Arsitek, Pasar barang dan seni, Kerajinan, Desain, Fesyen desain, Film & video, Permainan interaktif, Musik, Seni pertunjukan, Penerbitan, Layanan Komputer dan Piranti lunak serta Televisi dan Radio. Berbeda dengan tiga negara sebelumnya, pendekatan industri kreatif di Australia dan Singapura dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu: (1) Core Copyright Industries; (2) Partial Copyright Industries; dan (3) Distribution Industries. Selain itu, Spanyol, Finlandia dan Jerman melakukan pendekatan industri budaya dalam pengembangan industri kreatif.

Di Indonesia sendiri, ekonomi kreatif mulai dikembangkan sejak peluncuran program Indonesia Design Power pada tahun 2006 lalu oleh menteri perdagangan RI, Dr. Mari Elka Pangestu. Program pengembangan ekonomi dan industri kreatif semakin digiatkan setelah Presiden RI mengeluarkan Intruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2009 tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif Tahun 2009-2015. Penetapan ini ditujukan untuk menciptakan lapangan kerja dan mengurangi kemiskinan. Sesuai dengan penetapan tersebut, industri kreatif di Indonesia dapat didefinisikan sebagai “Industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, keterampilan serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan melalui penciptaan dan pemanfaatan daya kreasi dan daya cipta individu.” Kemudian, profil industri kreatif dikelompokkan berdasarkan empat indikator pengukuran, yaitu berbasis nilai produk domestik bruto, ketenagakerjaan, aktivitas perusahaan dan dampak terhadap sektor lain. Sehingga, industri kreatif diklasifikasikan menjadi 14 subsektor industri kreatif, yaitu: (1) Periklanan; (2) Arsitektur; (3) Pasar dan barang seni; (4) Kerajinan; (5) Desain; (6) Fesyen; (7) Film, Video, Fotografi; (8) Permainan Interaktif; (9) Musik; (10) Seni Pertunjukan; (11) Penerbitan dan Percetakan; (12) Layanan Komputer dan Piranti Lunak; (13) Televisi dan Radio; dan (14) Riset dan Pengembangan.

Indonesia memiliki potensi besar untuk mengembangkan industri kreatif ditinjau dari beberapa hal diantaranya potensi ekonomi pariwisata Indonesia dan kebudayaan Indonesia yang sangat mempunyai cita rasa seni yang tinggi –bisa dilihat dari jumlah kesenian dan makanan daerah. Hal ini menunjukkan Indonesia memiliki daya kreativitas yang luas sesuai dengan pendapat John Howkins yang menyatakan ini sebagai modal utama dalam pengembangan industri kreatif. Ekonomi kreatif Indonesia bisa semakin berkembang jika digabungkan dengan pariwisata yang sudah memiliki nama. Tentu, kombinasi ini bisa memunculkan pusat-pusat ekonomi kreatif dimana produk ekonomi kreatif tersebut yang menjadi daya tarik wisatawan. Proses kombinasi dan integrasi dua kegiatan ini tentu harus melalui pengambangan dan persiapan serta master plan khususnya untuk ekonomi kreatif agar mampu bersanding dengan pariwisata Indonesia. Tentunya, master plan ini mencakup pengembangan sumber daya manusia, pengembangan pusat-pusat promosi, pengemasan dan penjual

BAB 3: METODE PENELITIAN

TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di sekitaran kota Depok. Adapun waktu yang dibutuhkan dalam penelitian selama ± 2 bulan terhitung sejak dilakukan perncanaan penelitian sampai dengan penyelesaian laporan hasil penelitian.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif deskriptif. Dalam konteks ini akan mendeskripsikan fenomena yang berkaitan dengan ide kreatif curug gentong dalam memberikan daya tarik terhadap kota Depok.

POPULASI DAN SAMPEL

Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan subyek yang bertempat tinggal di kota Depok, anggota populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat dikota Depok yang berjumlah 60 orang dengan rentan usia 12 sampai 56 tahun yang terdiri dari 15 orang laki-laki dan 45 orang perempuan.

INSTRUMEN PENELITIAN

Instrumen yang digunakan dalam menjaring data dalam penelitian ini adalah instrumen non-tes dalam bentuk angket (kuesioner).

TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Data yang terkumpul dalam penelitian ini di jaring dengan menggunakan instrumen yaitu angket. Jenis instrumen ini diuraikan sebagai berikut :

Angket merupakan teknik utama dalam pengumpulan data, dimana sebagai pengumpulan data dengan menggunakan daftar pernyataan yang digunakan untuk mengetahui pandangan masyarakat kota Depok terhadap kerajinan curug gentong

Jenis angket yang digunakan untuk menjaring data dalam penelitian ini adalah tertutup yaitu sejumlah pernyataan yang dilengkapi dengan alternatif jawaban, sehingga responden tidak memungkinkan lagi untuk memilih jawaban selain jawaban yang telah ditentukan oleh peneliti.

TEKNIK ANALISIS DATA

Teknik analisis data dalam penelitian menggunakan analisis kuatitatif deskriptif. Menurut Sugiyono (2004:170) bahwa : “Analisis deskriptif adalah pengujian yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa maksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum. Dalam penelitian ini analisis deskriptif adalah penyajian data dari responden melalui tabel dan grafik yang diperoleh dari perhitungan persentase (%).

Tipe pernyataannya bersifat positif , maka nilai (score) untuk tiap pilihan jawabannya adalah sebagai berikut :

  • Sangat Setuju : 4
  • Setuju : 3
  • Kurang Setuju : 2
  • Tidak Setuju : 1

*Tidak menjawab: 0

Rekapitulasi hasil jawaban responden dicari rata-ratanya dengan perhitungan sebagai berikut:

Selanjutnya ditentukan dalam bentuk persentase dengan perhitungan sebagai berikut:

Mengkonfirmasikan persentase (%) skor dengan kriteria/standar keberhasilan.

Setelah jawaban dianalisis melalui rumus di atas, selanjutnya dicocokkan atau sesuaikan dengan Kategori Persentase menurut Arikunto (1998:246), seperti pada tabel berikut:

Baik

76 % - 100 %

Cukup

56 % - 75 %

Kurang Baik

40 % - 55 %

Tidak Baik

Kurang dari 40 %

BAB 4: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HASIL PENELITIAN

Tabel hasil persentase per itemimage08.png

No

Pertanyaan

Skor Total

Persentase

Keterangan

1

Apakah anda sudah tahu mengenai Gentong Curug

191

79.58

BAIK

2

Apakah anda memiliki kesan positif mengenai Gentong Curug

191

79.58

BAIK

3

Apakah anda tertarik membeli Gentong Curug

171

71.25

CUKUP

4

Apakah anda pernah menjumpai Gentong Curug di pameran kesenian

147

61.25

CUKUP

5

Apakah anda sudah mengetahui kisaran harga Gentong Curug

130

54.17

KURANG BAIK

6

Dengan harga 500rb-2jt yang disesuaikan dengan ukuran, apakah harga tersebut termasuk mahal untuk anda

171

71.25

CUKUP

7

Menurut anda apakah Gentong Curug ini memiliki nilai seni

205

85.42

BAIK

8

Gentong Curug merupakan panorama didalam gentong yang ada aliran airnya, apakah suara air itu akan menganggu anda

113

47.08

KURANG BAIK

9

Apakah menurut anda pasar penjualan Gentong Curug ini dapat berkembang di Indonesia

198

82.50

BAIK

10

Sehubungan Gentong Curug ini berasal dari Depok, menurut anda apakah pasar Gentong Curug akan berpengaruh terhadap kota Depok

190

70.17

CUKUP

PEMBAHASAN

Berdasarkan tabel diatas dapat didefinisikan tanggapan responden terhadap item-item pertanyaan sebagai berikut:

  1. Tanggapan responden terhadap pertanyaan No. 1 yaitu, “Apakah anda sudah tahu mengenai Gentong Curug?”, 79.58% persentase keseluruhan dengan skor nilai 191. Kondisi ini termasuk kedalam kategori baik. Artinya bahwa Masyarakat kota Depok sudah tahu mengenai Gentong Curug.
  2. Tanggapan responden terhadap pertanyaan No. 2 yaitu, “Apakah anda memiliki kesan positif mengenai Gentong Curug?”, 79.58% persentase keseluruhan dengan skor nilai 191. Kondisi ini termasuk kedalam kategori baik. Artinya bahwa Masyarakat kota Depok memiliki kesan positif mengenai Gentong Curug,
  3. Tanggapan responden terhadap pertanyaan No. 3 yaitu, “Apakah anda tertarik membeli Gentong Curug?”, 71.25% persentase keseluruhan dengan skor nilai 171. Kondisi ini termasuk kedalam kategori cukup. Artinya bahwa Masyarakat kota Depok cukup memiliki ketertarikan untuk membeli Gentong Curug.
  4. Tanggapan responden terhadap pertanyaan No. 4 yaitu, “Apakah anda pernah menjumpai Gentong Curug di pameran kesenian?”, 61.25% persentase keseluruhan dengan skor nilai 147. Kondisi ini termasuk kedalam kategori cukup. Artinya bahwa sebagian Masyarakat kota Depok sudah pernah menjumpai Gentong Curug di pameran kesenian.
  5. Tanggapan responden terhadap pertanyaan No. 5 yaitu, “Apakah anda sudah mengetahui kisaran harga Gentong Curug?”, 54.17% persentase keseluruhan dengan skor nilai 130. Kondisi ini termasuk kedalam kategori kurang baik. Artinya bahwa Masyarakat kota Depok banyak yang tidak tahu tahu mengenai kisaran harga Gentong Curug.
  6. Tanggapan responden terhadap pertanyaan No. 6 yaitu, “Dengan harga 500rb-2jt yang disesuaikan dengan ukuran, apakah harga tersebut termasuk mahal untuk anda?”, 71.25% persentase keseluruhan dengan skor nilai 171. Kondisi ini termasuk kedalam kategori cukup. Artinya bahwa Masyarakat kota Depok cukup menerima dengan harga yang ditawarkan.
  7. Tanggapan responden terhadap pertanyaan No. 7 yaitu, “Menurut anda apakah Gentong Curug ini memiliki nilai seni?”, 85.42% persentase keseluruhan dengan skor nilai 205. Kondisi ini termasuk kedalam kategori baik. Artinya bahwa Masyarakat kota Depok menganggap bahwa Gentong Curug ini memiliki nilai seni yang tinggi.
  8. Tanggapan responden terhadap pertanyaan No. 8 yaitu, “Gentong Curug merupakan panorama didalam gentong yang ada aliran airnya, apakah suara air itu akan menganggu anda?” (pertanyaan negatif)., 47.08% persentase keseluruhan dengan skor nilai 113. Kondisi ini termasuk kedalam kategori kurang baik. karena ini merupakan pertanyaan negatif dengan persentase yang rendah, artinya bahwa Masyarakat kota Depok menganggap bahwa suara air dari Gentong Curug ini tidak mengganggu.
  9. Tanggapan responden terhadap pertanyaan No. 9 yaitu, “Apakah menurut anda pasar penjualan Gentong Curug ini dapat berkembang di Indonesia?”, 82.50% persentase keseluruhan dengan skor nilai 198. Kondisi ini termasuk kedalam kategori baik. Artinya bahwa Masyarakat kota Depok menganggap bahwa pasar penjualan Gentong Curug ini dapat berkembang di Indonesia.
  10. Tanggapan responden terhadap pertanyaan No. 10 yaitu, “Sehubungan Gentong Curug ini berasal dari Depok, menurut anda apakah pasar Gentong Curug akan berpengaruh terhadap kota Depok?”, 70.17% persentase keseluruhan dengan skor nilai 190. Kondisi ini termasuk kedalam kategori baik. Artinya bahwa Masyarakat kota Depok menganggap bahwa pasar Gentong Curug akan berpengaruh terhadap kota Depok.

BAB 5: PENUTUP

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan kesimpulan diatas maka dapat ditarik kesimpulan Sebagian besar masyarakat kota Depok sudah mengetahui mengenai industri kreatif curug gentong, dimana industri kreatif tersebut merupakan komoditas kerajinan unggulan dari kota Depok. Minat masyarakat untuk membelinya beragam, ada yang tertarik karena suara air yang dihasilkan ataupun karena keindahan dari kerajinan itu sendiri.

Produk ini adalah salah satu kebanggaan kota Depok. Curug gentong menjanjikan irama gemericik air dan suasana tenang di pedesaan, yang di kemas dalam sebuah gentong hias, hingga bisa di nikmati dalam ruang kamar di rumah masing-masing. Curug berarti air terjun, dan gentong adalah media tempat air terjun berpadu menjadi penhias rumah yang bisa mengingatkan pemiliknya pada tenangnya alam.

Harga yang ditawarkan sebanding dengan kualitas nilai seni yang didapat. Ini yang membuat beberapa masyarakat ingin membelinya. Kesan positif masyarakat terhadap kerajinan khas kota mereka membuat pemerintah kota Depok itu sendiri serius dalam mempromosikannya

Dalam hal mempromosikannya Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Depok rajin mengikutsertakan para pengrajin kota Depok dalam pameran kerajinan dan hasil kreatif. Hasilnya masyarakat kota Depok cukup meyakini ide kreatif curug gentong ini dapat meningkatkan daya tarik kota mereka dalam bidang seni.

LAMPIRAN

Lampiran ini berisi hal-hal yang bersifat pelengkap yang dimanfaatkan dalam proses penulisan makalah. yang dipandang sangat penting tetapi tidak dimasukkan dalam batang tubuh makalah.

***

Kuesioner hasil 60 responden

Foto bersama Ibu Ritta yang merupakan pemilik usaha Curug Gentong di Kota Depok

Kerajinan Curug Gentong milik Ibu Ritta

Kerajinan Curug Gentong milik Ibu Ritta

Kutipan wawancara dengan Ibu Ritta

A: PEWAWANCARA

B : NARASUBER/PENGRAJIN CURUG GENTONG

A

:

Asslamualaikum, maaf bu mengganggu waktunya sebentar sebelumnya saya ingin tanya tentang curug gentong, apa yang dimaksud dengan Curug Gentong ?

B

:

Curug gentong adalah produk kerajinan yang lebih kepada landscape atau taman dalam media gentong dan beberapa media seperti media guci, media pot. yang dimaksud dengan curug itu air terjun, jadi gentong tersebut media tersendiri dari mebel curug gentong dijadikan usaha kita

A

:

Dari mana ide awal inspirasi untuk Curug Gentong ?

B

:

Inspirasinya yaitu karena saya mendengar keluhan seorang teman yang punya landcape permannen di halaman rumahnya karena dia ingin pindah, namun baru beberapa bulan dibikin dengan biaya tinggi dan tidak bisa dibawa pindah, lalu ketika saya menemukan ide itu, saya buatlah yang namanya curug gentong.

A

:

Mulai tahun berapa usaha ini dimulai?

B

:

2003 yaitu sekitar 12 tahun lalu.

A

:

Kenapa bidang usaha ini menjadi bidang yang besar..?

B

:

Pertama dasarnya memang hobi, yaitu hobi membuat produk-produk yang unik dan bahanya bisa dipakai dari bahan-bahan daur ulang. Dan ketika ini sudah jadi, ternyata responnya juga bagus dan menjadi pilihan yang tepat bila dapat menghasilkan.

A

:

Bagaimana bisa ada pemikiran untuk membuat produk ini ?

B

:

Ketika produk ini jadi, saya sadar ini adalah sebuah karya yang untuk dilihat dan kita dengar suara gemercik airnya, dan kita harus melakukan inovasi dan kreatif dan juga ada proses dari pengembangan media. curug gentong ini ada yang dari media guci, media teratai, dan media labu dan pot.

A

:

Berapa modal awal yang diperlukan untuk membuat Curug Gentong ?

B

:

Untuk peralatan dahulu dengan awal 5 juta.

A

:

Bagaimana system transaksi pembelian Curug Gentong ?

B

:

Ada beberapa macam, misalkan reseller, kita bisa mengirimkan gambar dan untuk reseller pun ada batasan minimal untuk dia beli dan juga dari harga distributor setelah itu kita proses pengiriman, yang penting dia bayar 50% begitu barang mau diantar harus lunas, jika untuk konsumen yang datang dia dapat memilih sendiri. dan kita pun menyediakan media online.

A

:

Konsumen yang berdatangan dari mana saja ?

B

:

Ada banyak, seperti ibu rumah tangga, orang-orang Chinese, India, yang dia itu berprinsip ketika ia mendengar suara air, itu adalah suatu ketenangan batin. sebetulnya pun saya punya pelanggan orang chinese yang sangat membutuhkan itu kadang-kadang di buat dengan shio sesuai pesanan dan kita pun membuatnya.

A

:

Bagaimana untuk penetapan harga ?

B

:

Harganya bervariasi mlai dari Rp.200.000 Hingga Rp.2.000.000 sekarang ini, jadi dari mulai yang kecil, besar, dan sampai yang 1 meter.

A

:

Bagaimana cara membangun nama tentang curug gentong ?

B

:

6 tahun pertama saya ikut event nasional seperti makrab, pameran-pameran nasional speri Jabar Expo sampai Batam sampai yang regional dan ini semua dibawa ke pameran.

A

:

Apa yang dilakukan agar ide ini terus berkembang?

B

:

Kalau ide harus ada setiap tahunnya dan memikirkan inovasi-inovasi terbaru misalnya kita buat dengan kaca, dan seperti lampu LED, dan itu tetap kita kembangkan

A

:

Apa alasan pelanggan membeli Curug Gentong ?

B

:

Karena suara air ada yang keras, pelan dan sedang. dan mereka merasakan nyaman. dan ciri khas nya itu ada suara gemercik air.

A

:

Apa kendala bisnis yang pernah di hadapi ?

B

:

Yang pertama yaitu SDM, karena ini bukan produk cetak tapi handmade yang harus dibuat dengan tangan serta Ketelitian dan keuletan kalau instant tidak cepat bosan, karena anak-anak jaman sekarang lebih suka kepada yang instan.

A

:

Faktor apa yang membuat usaha ini berhasil dari 0 ?

B

:

Yang penting pelayanan dan kepercayaan karena beberapa custom dari luar daerah mereka sudah berani transfer dengan 50%, maka saya harus memberikan pelayanan prima dan tepat waktu jadi itu yang harus kita bangun dan kita jaga serta kita pun memberian garansi ketika dia sudah bosan kalau untuk jabodetabek dengan alamnya, mereka boleh tukar tambah.

DAFTAR PUSTAKA

Alghifari. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Arikunto, Suharsimi. 2003. Prosedur Penelitian, Edisi Revisi VI, Jakarta: ,PT. Rineka Cipta

Afiff, Faisal. 2012. Kewirausaan dan Ekonomi Kreatif. Rangkaian Kolom Kluster I, 2012. Jakarta: Binus University.

Sriwardiningsih. 2006. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembeliandan dampaknya pada perilaku konsumen. Jurnal Bisnis dan Ekonomi. Vol. V tahun 2006

Antariksa, Basuki. 2012. Konsep Ekonomi Kreatif: Peluang dan Tantangan dalam Pembangunan di Indonesia. Jakarta: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Selasa, 13 Januari 2015 1 komentar

Mistik Kejawen Sebagai Filsafat Orang Jawa

Iqbal Nugraha
15514406
1PA06

Mistik Kejawen Sebagai Filsafat Orang Jawa

Mengkaji budaya Jawa ibarat memasuki hutan belantara yang lebat, penuh tantangan dan keunikan, tetapi memiliki daya tarik yang membuat orang penasaran. Tak terkecuali mempelajari mistik kejawen yang sarat dengan nuansa spiritual, mistis, dan psikologis. Tak dapat dipungkiri, hingga saat ini, masih banyak kontroversi perihal keberadaan mistik kejawen dan praktiknya dalam kehidupan sehari-hari. Namun, terlepas dari kontroversi itu, yang pasti, mistik kejawen mempunyai dunianya sendiri, memiliki ruang gerak, dan bernapas dengan leluasa. Lantas, apa sebenarnya mistik kejawen itu? Apakah ia adalah sebuah agama, budaya, aliran kebatinan, atau yang lainnya? Dan, masihkah ajaran kejawen dipegang teguh oleh para pengikutnya di zaman yang serba modern ini? Dan bagaimana pandangan agama Islam tehadap kejawen sendiri?. kita akan membahasnya.

Mengenal Seluk-beluk Mistik Kejawen

A. Memaknai Mistik Kejawen

Pernahkah anda mendengar istilah mistik kejawen? Saya yakin sebagian besar dari anda pernah mendengar istilah ini, sekalipun anda bukan orang Jawa. Di kalangan masyarakat Jawa, mistik kejawen sudah menyatu dan mendarah daging dalam sikap dan perilaku keseharian. Sebagai salah satu contoh, setiap malam-malam tertentu (misalnya malam jumat legi atau malam satu syuro), masyarakat Jawa akan melakukan ritual-ritual tertentu lengkap dengan uba rampe yang diperlukan, seperti sesajen, kembang, kemenyan, dan lain-lain. Nah, praktik semacam ini merupakan bagian dari perilaku kejawen dalam masyarakat Jawa.

Tidak hanya pada hari-hari tertentu saja, di dalam tradisi masyarakat Jawa juga sering diselenggarakan upacara selamatan (slametan) untuk berbagai tujuan, tergantung pada kebutuhan dan keyakinan masyarakat setempat. Misalnya, selamatan untuk memperingati hari kelahiran anak, selamatan untuk upacara perkawinan, selamatan untuk memperingati kematian seseorang, selamatan untuk menolak sihir, selamatan untuk pindah rumah, selamatan untuk melawan mimpi buruk agar tidak menjadi kenyataan, selamatan sebagai wujud syukur atas hasil panen, selamatan untuk memohon kepada arwah, dan lain sebagainya. Untuk beberapa tujuan itulah, selamatan sudah menjadi hal yang biasa dilakukan secara berkala oleh masyarakat Jawa. 

Meski sebagian besar dari anda telah sangat familiar dengan istilah mistik kejawen, namun tahukah anda apa sebenarnya yang dimaksud dengan mistik kejawen itu? Mungkin anda perlu berpikir dua kali bahkan lebih untuk menjawab pertanyaan ini. Sebab, diakui ataupun tidak, meski mayoritas masyarakat Jawa dalam tradisi kesehariannya tidak bisa luput dari praktik kejawen, namun banyak dari mereka yang belum memahami makna dari istilah mistik kejawen itu sendiri. Sehingga, muncul banyak anggapan dan pemahaman yang kurang tepat mengenai mistik kejawen di kalangan masyarakat Jawa. Ada yang menganggapnya sebagai agama, kebudayaan, kepercayaan, dan berbagai prokonsepsi keliru lainnnya. Lantas, apakah sebenarnya mistik kejawen itu? Sebelum kita mendefinisikan mistik kejawen secara utuh, mari kita definisikan terlebih dahulu berdasarkan asal kata penyusunnya, yakni mistik dan kejawen.

1. Pengertian Mistik

Menurut asal katanya, kata mistik berasal dari bahasa Yunani, mystikos, yang artinya rahasia (geheim), serbarahasia (geheimzinnig), tersembunyi (verborgen), gelap (donker), atau terselubung dalam kekelaman (in het duister gehuld). Berdasarkan arti tersebut, maka mistik sebagai sebuah paham (disebut mistisme) dapat dimaknai sebagai paham yang memberikan ajaran yang serbamistis (misal ajarannya berbentuk rahasia atau serbarahasia, tersembunyi, gelap atau terselubung dalam kelaman), sehingga hanya dikenal, diketahui, atau dipahami oleh orang-orang tertentu saja, terutama sekali para penganutnya.

Sementara itu, menurut buku karangan De Kleine W.P. Encylopaedie karya G.B.J Hiltermann dan Van de Woestijne, Sebagaimana dikutip dalam wikipedia.org, kata mistik berasal dari bahasa Yunani yaitu myein yang artinya menutup mata (de ogen sluiten) dan musterion yang artinya suatu rahasia (geheimnis). Kata mistik biasanya digunakan untuk menunjukkan hal-hal yang berkaitan dengan pengetahuan tentang misteri. Dalam arti luas, mistik dapat didefinisikan sebagai kesadaran terhadap kenyataan tunggal, yang mungkin disebut kearifan.

Selain kedua pengertian diatas, masih banyak mengenai pengertian mistik lainnya, baik menurut versi Kamus Besar Bahasa Indonesia, ilmu antropologi, filsafat, maupun yang lainnya. Salah satunya:

a. Mistik merupakan hal gaib yang sangat diyakini hingga tidak bisa dijelaskan dengan akal manusia biasa.

b. Mistik merupakan subsistem yang ada dihampir semua agama dan sistem religi untuk memenuhi hasrat manusia mengalami dan merasakan emosi bersatu dengan Tuhan

c. Mistik merupakan pengetahuan yang tidak rasinal atau tidak dapat dipahami rasio, maksudnya hubungan sebab akibat yang terjadi tidak dapat dipahami oleh rasio

Menurut Prof. Harun Nasution dalam tulisan Orientalis Barat, Mistisme—yang dalam Islam adalah tasawuf— disebut sebagai sufisme. Sebutan ini tidak dikenal dalam agama-agama lain, kecuali khusus untuk sebutan mistisme Islam. Itu artinya, di dalam dunia Islam, juga terdapat mistik dan aliran mistik, yaitu tasawuf. Sebagaimana halnya mistisme (mistik dalam dunia kejawen), tasawuf atau sufisme juga mempunyai tujuan yang sama, yakni untuk memperoleh hubungan langsung dan disadari dengan Tuhan, sehingga disadari benar bahwa seseorang berada di hadirat Tuhan.

2. Pengertian Kejawen

Kejawen adalah sebuah kepercayaaan atau barangkali boleh dikatakan agama yang terutama dianut oleh masyarakat suku Jawa dan suku bangsa lainnya yang menetap di Pulau Jawa. Kata kejawen berasal dari bahasa Jawa, yang artinya segala yang berhubungan dengan adat dan kepercayaan Jawa. Penanaman “kejawen” bersifat umum, biasanya karena bahasa pengantar ibadahnya menggunakan bahasa Jawa. Dalam konteks umum, kejawen merupakan bagian dari agama lokal Indonesia.

Kejawen, dalam opini umum, berisikan tentang seni, budaya, tradisi, ritual, sikap, serta folosofi orang-orang Jawa. Penganut ajaran kejawen biasanya tidak menganggap ajarannnya sebagai agama dalam pengertian seperti agama monoteistik, seperti Islam atau Kristen, tetapi lebih melihatnya sebagai seperangkat cara pandang dan nilai-nilai yang dibarengi dengan sejumlah laku (mirip dengan “ibadah”). Ajaran kejawen biasanya tidak terpaku pada aturan yang ketat, dan menekankan pada konsep “keseimbangan”. Dalam pandangan demikian, kejawen memiliki kemiripan dengan konfusianisme (paham yang berintikan nilai-nilai moral kebaikan kepada penganutnya), namun tidak sama pada ajaran-ajarannya.

Simbol-simbol “laku” biasanya melibatkan benda-benda yang diambil dari tradisi yang dianggap asli Jawa, seperti keris, wayang, pembacaan mantra, penggunaan bunga-bunga tertentu yang memiliki arti simbolik, sesajen, dan lain sebagainya. Akibatnya, banyak orang (termasuk penghayat kejawen sendiri) yang dengan mudah mengasosiasikan kejawen dengan praktik klenik dan pendukunan. Ajaran-ajaran kejawen bervariasi, dan sejumlah aliran dapat mengadopsi ajaran agama pendatang, baik Hindu, Buddha, Islam, maupun Kristen. Oleh karena itu, lahirlah yang namanya Islam kejawen.

Menurut Kodiran (1971), kebudayaan spiritiual Jawa yang disebut kejawen ini memiliki ciri-ciri umum. Pertama, orang Jawa percaya bahwa hidup di dunia ini sudah diatur oleh Tuhan Yang Mahakuasa. Mereka bersifat menerima takdir sehingga mereka tahan dalam hal menderita. Kedua, orang Jawa percaya pada kekuatan gaib yang ada pada benda-benda, seperti keris, kereta istana, dan gamelan. Benda-benda tersebut setiap tahun harus dimandikan (dibersihkan) pada hari Jum’at Kliwon bulan Suro dengan upacara siraman. Ketiga, orang Jawa percaya terhadap roh leluhur dan roh halus yang berada di sekitar tempat tinggal mereka. Dalam kepercayaan mereka, roh halus tersebut dapat mendatangkan keselamatan apabila mereka dihormati dengan melakukan selamatan dan sesaji pada waktu-waktu teretentu.

B. Asal Usul Kejawen

Asal usul kejawen sebenarnya bermula dari dua tokoh misteri, yaitu Sri dan Sadono. Sri sejatinya adalah penjelmaan Dewi Laksmi, istri Wisnu, sedangkan Sadono adalah penjelmaan dari Wisnu itu sendiri. itulah sebabnya, jika ada anggapan bahwa Sri dan Sadono adalah kakak beradik, kebenarannya tergantung dari mana kita meninjau. Namun, kaitannya dengan hal ini, Sri dan Sadono sesungguhnya adalah suami-istri yang menjadi cikal bakal kejawen.

Dewi Sri dan Wisnu, menurut Tantu Panggelaran, memang pernah diminta turun ke arcapada untuk menjadi nenek moyang di Jawa. Dalam Babad Tanah Jawi juga dijelaskan bahwa orang pertama yang membabad (menempati/tinggal) Tanah Jawa adalah Batara Wisnu. Sumber ini meneguhkan sementara bahwa nenek moyang masyarakat Jawa memang seorang dewa. Dengan demikian, kaum kejawen sebenarnya berasal dari keturunan orang yang tinggi tingkat sosial dan kulturnya. Selanjutnya, Dewi Sri dianggap menjelma ke dalam diri tokoh Putri Daha bernama Dewi Sekartaji atau Galuh Candrakirana, sedangkan Sadono menjadi Raden Panji. Keduanya pernah berpisah, namun akhirnya bertemu kembali.

Menurut beberapa sumber, pertemuan Sri dan Sadono atau Panji dan Sekartaji terjadi di Gunung Tidar, Magelang, Jawa Tengah. Tempat itu kemudian oleh Sadono dan Sri diberi tetenger (tanda), dengan menancapkan paku Tanah Jawa. Hal ini sekaligus untuk mengokohkan Tanah Jawa yang sedang berguncang. Dan, sejak itu, Tanah Jawa kembali tenang. Paku tersebut kelak dinamakan Pakubuwana (Paku Bumi). Pakubuwana inilah yang membuat orang Jawa tenang, sehingga keturunan Sri dan Sadono menjadi banyak. Hanya saja, keturunan mereka ada yang baik dan ada yang buruk.

C. Karakteristik Kejawen

Pada umumnya, orang Jawa percaya bahwa semua penderitaan akan berakhir bila telah muncul Ratu Adil. Kepercayaan akan benda-benda bertuah serta melakukan slametan merupakan upaya orang Jawa untuk melakukan harmonisasi terhadap alam sekelilingnya. Selain itu, inti dari ajaran kejawen adalam amemayu hayuning bawana, yang dimuat dalam Kakawin Arjuna Wiwaha (Mpu Kanwa, 1032). Menjelaskan ajaran ini, Mpu Kanwa menggambarkan tugas seorang pimpinan yang harus memperbaiki dan memakmurkan dunia, seperti dinyatakan dalam Pupuh V bait 4-5. Sunan Pakubuwana IX (1861-1893) mengubah bait tersebut dalam serat Wiwaha Jarwa menjadi “Amayu jagad puniki kang parahita, tegese parahita nenggih angecani manahing Iyan wong sanagari puniki” (melindungi dunia ini dan menjaga kelestarian parahita, arti parahita ialah menyenangkan hati orang lain di seluruh negeri ini).

Tugas hidup amemayu hayuning bawana, oleh Ki Ageng Suryamentaram dan Ki Hajar Dewantara, dikembangkan menjadi mahayu hayuning bangsa, mahayu hayuning bawana (memelihara dan melindungi keselamatan pribadi, bangsa, dan dunia). Tugas amemayu hayuning bawana  jelas merupakan kewajiban bagi setiap orang sebagai pemimpin.

D. Hal yang berbeda dalam Mistik Kejawen

Ada beberapa hal yang membedakan mistik kejawen dengan agama, ajaran, atau mistik-mistik lainnya. Pertama, kejawen tentu saja tidak memiliki kitab suci sebagaimana layaknya agama-agama yang ada. Sebab, kejawen bukanlah agama, melainkan pandangan hidup yang sudah turun-temurun ribuan tahun melalui proses interaksi antara manusia dengan jagad raya.

Kedua, jika didefinisikan mistik kejawen merupakan hasil interaksi nilai-nilai kearifan lokal yang terjadi sejak zaman kuno pada masa kebudayaan spiritual animisme, dinamisme, dan monteseisme hingga saat ini.

Ketiga, walaupun latar belakang keagamaan masyarakat Jawa berbeda-beda, namun mereka memiliki unsur kesamaan dalam tatalaksana ritual Jawaisme. Perbedaannya hanya terletak pada bahasa yang digunakan dalam doa atau mantra. Namun, hakikat dari ritual sebenarnya sama saja, yakni bertujuan untuk selamatan.

E. Teori Mistik Kejawen

Mistik kejawen adalah suatu upaya spiritual ke arah pendekatan diri kepada Tuhan yang dilakukan oleh sebagian masayarakat Jawa. Pada dasarnya ada beberapa alasan mendasar menjalankan mistik kejawen. Alasan ini berhubungan dengan hakikat hidup manusia, dimana hidup manusia dituntut harus berbuat yang sejalan dengan kehendak Tuhan. Itulah sebabnya, manusia menjalankan berbagai laku yang dikenal sebagai ritual mistik kejawen. Hal ini sejalan dengan pandangan antropolog, Geertz. Bahwa ada beberapa postulat yang berhubungan dengan teori mistik, diantaranya sebagai berikut:

1. Dalam kehidupan sehari-hari manusia, perasaan tentang “baik” dan “buruk”, serta “kebahagiaan” dan “ketidakbahagiaan” saling bergantung dan tidak bisa dipisahkan. Tak satu pun manusia bisa berbahagia sepanjang waktu, tetapi secara terus-menerus berada di antara dua keadaan ini dari hari ke hari, jam ke jam, menit ke menit.

2. Tujuan manusia adalah untuk “tahu” dan “merasakan” rasa tertinggi ini dalam diri sendiri. prestasi demikian membawa kekuatan spiritual, suatu kekuatan yang bisa digunakan untuk maksud baik maupun buruk dalam soal-soal duniawi.

3. Pada tingkat pengalaman dan eksistensi tertinggi, semua manusia adalah satu dan sama serta tidak ada individualitas.

4. Karena tujuan semua manusia untuk mengalami rasa, maka sistem religi kepercayaan dan praktik-praktiknya seharusnya hanyalah merupakan alat untuk mencapai tujuan tersebut dan hanya baik sepanjang semua itu bisa membawa kesana.

Dari beberapa postulat di atas, tampak bahwa mistik kejawen memiliki tujuan mulia. Melalui olah rasa dan penghayatan batin yang mendalam, seorang pelaku mistik akan mencapai rasa tertinggi dan selanjutnya hidupnya akan tenteram dan damai.

F. Dasar-Dasar Filsafat Jawa (Kejawen)

Adapun dasar-dasar filsafat Jawa adalah sebagai berikut.

1. Kesadaran Religius

Keimanan dan kepercayaan kepada sesembahan (Tuhan) mendasari munculnya sistem religi dan ritual penyembahan, yaitu sembah raga, jiwa, dan sukma, yang mencakup semua daya hidup berupa cipta, rasa, karsa, dan daya spiritual. Ritual itu bisa berbentuk tapa brata, yang terdiri dari lima laku, yakni mengurangi makan, dan minum, mengurangi keinginan hati, mengurangi nafsu berahi, mengurangi nafsu amarah, dan mengurangi berkata-kata atau bercakap-cakap yang sia-sia.

2. Kesadaran Kosmis

Kesadaran kosmis menggambarkan hubungan manusia dengan alam semesta dan isinya. Kesadaran kosmis ini mencitrakan ritual sesaji dengan falsafah semua yang ada di  semesta adalah satu yang berasal dari Sang Pencipta. Falsafah ini mendasari pengetahuan kesatuan, berupa hubungan kosmis-magis manusia dan alam seisinya.

3. Kesadaran Peradaban

Kesadaran peradaban adalah pemahaman mengenai hubunan manusia dengan manusia. Kesadaran ini berwujud ajaran manusia sebagai makhluk utama harus berhubungan dengan sesama manusia dalam keutamaan (beradab). Kesadaran peradaban ini mewujudkan kesadaran berintegrasi, terlebih dalam bernegara.

Memahami Konsep Ajaran Kejawen

A. Konsep Kejawen Tentang Kehidupan Dunia

Pandangan kejawen tentang makna hidup manusia didunia ditampilkan secara rinci, realistis, logis, dan mengena di hati nurani—bahwa hidup ini diumpamakan hanya sekedar “mampir-minum”, hidup dalam waktu sekejap, dibandingkan kelak hidup di alam keabadian setelah raga ini mati. Pada awalnya Tuhan meminjamkan raga kepada ruh, dan ruh harus mempertanggungjawabkan “barang” pinjamannya itu, apabila waktu “kontrak” peminjaman telah habis. Hidup didunia ini hanya sementara. Dan, apa yang dimiliki manusia di dunia hanyalah merupakan bentuk pinjaman yang diberikan Tuhan.

B. Konsep Kejawen tentang Pahala, Dosa, Kebaikan, dan keburukan

Pahala, dosa, kebaikan, dan keburukan merupakan empat hal yang saling bersinergi. Maksudnya, pahala merupakan buah ganjaran dari kebaikan dan dosa adalah buah ganjaran dari keburukan. Dalam agama apapun, konsep ajaran seperti ini hampir sama.

Ajaran kejawen tidak pernah menganjurkan seseorang menghitung-hitung pahala dalam setiap beribadah. Bagi kejawen, motivasi beribadah atau melakukan perbuatan baik kepada sesama bukan karena tergiur surga. Demikian pula dalam melaksanakan sembahyang menyembah kepada Tuhan Yang Maha Suci, bukan karena takut neraka dan tergiur iming-iming surga, melainkan dalam kejawen ini disebut sebagai kesadaran kosmik, bahwa setiap perbuatan baik kepada sesama adalah sikap adil dan baik pada diri sendiri. kebaikan kita kepada sesama merupakan kebutuhan diri kita sendiri.

C. Konsep Kejawen tentang Tuhan

Di dalam pandangan kejawen, Tuhan tidak pernah menghukum ciptaan-Nya sendiri. Sebab, sebagaimana semua agama di dunia ini, ajaran kejawen meyakini bahwa Tuhan bisa membuat apa saja, dan sempurna. Intinya, untuk apa Tuhan harus menghukum makhluk ciptaan-Nya sendiri? Bukankah Tuhan sesungguhnya dapat membuat manusia sempurna?.

Konsep tentang Tuhan mencakup konsep mengenai siapa yang disembah (sesembahan) dan siapa yang menyembah serta bagaimana cara menyembahnya.

Masyarakat kejawen juga beranggapan bahwa Tuhan merupakan sesuatu yang abstrak, tetapi keberadaan-Nya merupakan sesuatu yang mutlak sebagai pencipta alam seisinya.

D. Konsep Kejawen tentang Alam

Kejawen meyakini bahwa alam ini terdiri dari tiga jenis, yakni alam fana atau dunia nyata, alam gaib, dan alam tunggu atau alam barzakh. Alam fana dihuni oleh manusia, binatang, tumbuhan, dan makhluk ciptaan Tuhan lainnya. Adapun alam gaib dihuni oleh jin dan roh. Jin terdiri dari yang baik dan jin yang jahat yang kemudian disebut setan atau demit. Roh adalah arwah manusia yang telah meninggal dunia, yang semasa hidupnya sangat dekat dengan Tuhan sehingga dianugerahi ilmu dari-Nya serta diberi kesempatan untuk terus bisa mengamalkan ilmunya sampai hari kiamat. Adapun alam tunggu atau alam barzakh dihuni oleh arwah manusia yang sudah tenteram untuk menunggu datangnya hari kiamat.

Menurut kejawen, tugas-tugas makhluk di alam adalah sebagai berikut:

a. Manusia diberikan tugas untuk mencari bekal sebanyak-banyaknya agar bisamasuk ke surga setelah hari kiamat tiba.

b. Jin baik diberikan tugas untuk mencari bekal sebanyak-banyaknya agar bisa masuk ke surga setelah hari kiamat tiba.

c. Jin yang jahat yang disebut setan/demit diberikan tugas untuk mengganggumanusia agar tidak bisa masuk surga dan menemani mereka masuk ke neraka.

Manusia untuk bisa mencapai tidaklah mudah, sebab setan/demit selalu dan pasti akan menghalangi dengan berbagai cara dan upaya. Adapun cara-cara yang dilakukan setan untuk menghalangi, antara lain lewat pesugihan, jimat, santet, dan pusaka.

Pandangan Islam terhadap Kejawen Sebagai Akulturasi Budaya Islam dan Jawa

Pada dasarnya, Islam tidak mengenal istilah atau ajaran kejawen. Secara bahasa maupun istilah, di dalam al-Qur’an dan Hadits tidak ditemukan penjelasan tentang kejawen. Banyak versi yang mengatakan kejawen muncul seiring dengan datangnya para wali (Wali Songo) ke tanah Jawa dalam rangka menyebarkan ajaran Islam. Ketika itu, para wali melakukan penyebaran agama dengan cara yang halus, yaitu memasukkan unsur budaya dan tradisi Jawa agar mudah diterima serta dipahami masyarakat kala itu. Inilah, menurut sebagian kalangan, yang menjadi cikal bakal munculnya Islam kejawen.

Jawa dan kejawen seolah tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya. Kejawen bisa jadi merupakan suatu sampul atau kulit luar dari beberapa ajaran yang berkembang di Tanah Jawa semasa zaman Hinduisme dan Buddhisme. Dalam perkembangannnya, penyebaran Islam di Jawa juga dibungkus oleh ajaran-ajaran terdahulu, bahkan terkadang melibatkan aspek kejawen sebagai jalur perantara yang baik bagi penyebarannya. Oleh Wali Songo, unsur-unsur dalam Islam berusaha ditanamkan dalam budaya-budaya Jawa, mulai dari pertunjukkan wayang kulit, dendangan lagu-lagu Jawa, ular-ular (petuah berupa filsafat), cerita-cerita kuno, hingga upacara-upacara tradisi yang dikembangkan khususnya di Kerajaan Mataram (Yogyakarta/Surakarta). Semua itu merupakan budaya kejawen yang diadaptasi ke dalam Islam.

Dari penjelasan di atas, maka secara ringkas dapat disimpulkan bahwa mistik kejawen adalah bersifat universal bagi siapapun. Laku spiritual kejawen juga beradasarkan pandangan hidup atau falsafash hidup, atau disebut juga Jawaisme (javanism). Yang paling utama dalam laku spiritual Jawa adalah perilaku didasari oleh cinta kasih dan pengalaman nyata. Maka, bagi siapa pun yang mengaku menghayati falsafah hidup Jawa namun perangainya masih mudah terbawa api emosi, angkara murka, reaktif, sectarian, dan primodialisme, kiranya belum memahami secara baik nilai – nilai dalam falsafah hidup kejawen. Mistik kejawen merupakan bagian dari ribuan mistik yang ada di dunia. Setiap masyarakat bangsa, dan budaya memiliki nilai – nilai tradisi orthodox tersendiri, sebagai mistik yang dipegang teguh sebagai pedoman hidup. Sebagai contoh, mistik Islam yang dikenal dengan orang – orang yang mendalaminya disebut orang – orang zuhud dan sufi, mistik Buddha dikenal Buddhisme, Mistik Hindu yang dikenal dengan Hinduisme, dan masih banyak lagi mistik – mistik di dunia ini.

Mistik lebih fleksibel jika dibandingkan dengan Agama, sebab mistik tidak mempersoalkan latar belakang ajaran, Agama, ataupun budaya orang yang ingin menghayatinya. Meski demikian, hal tersebut tidak menimbulkan risiko yang sesungguhnya,keberagaman “kulit” akan dikulit, lalu diambil sisi maknawiahnya yang bersifat hakikat atau esensial. Orang Jawa, Hindu, Buddha, Islam dan Kristen bisa saja mempelajari ilmu tasawuf. Demikian pula sebaliknya, umat Hindu juga bisa mempelajari falsafah hidup Jawa. Hanya saja, kecenderungan kekuasaan rezim Agama akan membuat batasan – batasan tegas kepada para penghayatan mistik dengan mistik itu sendiri. Bahkan, sering terjadi prejudice (prasangka), pencitraan secara subjektif, dan punishment (hukuman) yang berdasarkan kepentingan rezim. Jangankan terhadap lintas budaya dan Agama, di dalam lingkup Agama itu sendiri pun kerap terjadi hal – hal tersebut. Maka yang terjadi adalah umat yang terkesan “Agamais” tetapi sangat miskin pencapaian spiritualnya.


Lalu, bagaimana dengan mistik kejawen? Mistik kejawen lain daripada yang lain. Kaum kejawen memiliki tradisi asli. Tradisi tersebut berupa pemujaan kekuatan adikodrati yang diwujudkan dengan ritual slametan. Itulah sebabnya, mistik kejawen adalah gejala religi yang unik. Keunikan mistik kejawen berlangsung secara turun – temurun. Kehidupan sehari – hari , tubuh dan lingkungan sekitarnya adalah sumber “kitab” mistik kejawen menggunakan slametan. Jadi, slametan adalah inti tradisi kejawen yang menjadi wahana mistik. Melalui slametan, ritual mistik mendapatkan jalan sasaran sinar cahaya yang di Ridhoi.

Daftar Pustaka
Abimanyu, Petir. 2014. Mistik Kejawen; Menguak Rahasia Hidup Orang Jawa. Yogyakarta: Palapa

Abimanyu, Soedjipto. 2013. Babad Tanah Jawi Terlengkap dan Terasli. Yogyakarta: Laksana

Geertz, Clifford. 1981. Abangan; Santri Priyayi dalam Masyarakat Jawa. Jakarta: Pustaka Jaya

M.C., Wahyana Giri. 2009. Sajen dan Ritual Orang Jawa. Yogyakarta: Narasi


 
;